BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Dalam
paradigma baru,
guru adalah individu yang bertanggung jawab terhadap perkembangan siswa dengan
mengupayakan perkembangan seluruh potensi baik kognitif, afektif dan
psikomotorik, oleh sebab itu guru dipandang sebagai faktor kunci keberhasilan
siswa, karena ia berinteraksi secara langsung dengan siswa dalam proses
belajar.
Salah
satu prinsip dalam melaksanakan pendidikan adalah peserta didik secara aktif
mengambil bagian dalam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan. Untuk dapat
terlaksananya suatu kegiatan, pertama harus ada dorongan untuk melaksanakan
kegiatan tersebut. Dengan kata lain untuk dapat melaksanakan sesuatu harus ada
motivasi. Begitu juga keadaannya dalam proses mengajar atau pendidikan, peserta
didik harus mempunyai motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar atau pendidikan
yang sedang berlangsung. Hanya apabila mempunyai motivasi yang kuat, peserta
didik
akan menunjukkan minatnya, aktivitasnya dan partisipasinya dalam mengikuti kegiatan belajar atau pendidikan yang sedang dilaksanakan.
akan menunjukkan minatnya, aktivitasnya dan partisipasinya dalam mengikuti kegiatan belajar atau pendidikan yang sedang dilaksanakan.
Keberhasilan
belajar siswa akan lebih memadai, apabila guru menerapkan peran bimbingan dalam
belajar mengajar, yang berupa upaya fasilitatif bagi perkembangan kepribadian
siswanya, serta upaya bimbingan lain untuk membimbing siswa menentukan tujuan
yang hendak dicapainya, membimbing siswa dalam menilai keberhasilannya dalam
mencapai tujuan.
Khusus
dalam rangka pendidikan guru, penerapan peran bimbingan oleh guru itu perlu
ditonjolkan karena siswa perlu menghayati secara wajar manfaat bimbingan dalam
proses belajar mengajar itu. Dengan demikian, setiap guru seyogyanya
bekerjasama dengan petugas bimbingan lainnya untuk menyediakan diri membantu
siswa secara individual, dalam mengambil tanggungjawabnya guna mengembangkan
dirinya sendiri.
Untuk
membuat pelajaran lebih mudah merupakan hal yang telah banyak dilakukan oleh
para pendidik. Dari siswa para pendidik telah menyadari bahwa proses belajar
banyak dipengaruhi oleh apa yang telah diketahui oleh siswa sebelumnya, atau
yang lebih dikenal dengan pengetahuan awal (prior knowledge). Proses pendidikan
di kelas berusaha untuk menjadi jembatan yang dapat menghubungkan materi
sekarang dengan materi yang lalu. Sehingga kemampuan awal akan manjadi
prasyarat untuk dapat mempelajari materi pokok selanjutnya. Pada sisi lain ada
upaya untuk menjadikan pelajaran menjadi rangkaian langkah yang lebih sederhana
yang dapat dipelajari oleh siswa, pendidik selalu berusaha menjadikan siswa
sadar akan belajar mereka sendiri. Dalam dunia pendidikan tentu saja tidak
terlepas dari faktor belajar. Belajar adalah masalah setiap orang karena kecakapan,
pengetahuan, kebiasaan, keterampilan, kegemaran dan sikap manusia terbentuk dan
berkembang karena belajar. Belajar dapat terjadi di lingkungan keluarga,
masyarakat dan lembaga formal, akan tetapi tidak semua siswa mempunyai
kesadaran untuk belajar.
B.
RUMUSAN MASALAH
Adapun
yang menjadi rumusan masalah dari penulisan makalah ini adalah:
a.
Bagaimanakah
hakikat seorang guru sebagai pembimbing peserta didik?
b.
Usaha- usaha apa
yang harus dilakukan seorang guru untuk membimbing peserta didik yang lambat
belajar?
c.
Usaha- usaha apa
yang harus dilakukan oleh seorang guru untuk membimbing siswa yang cerdas di
atas normal?
d.
Seperti apa
gambaran individualisme pembelajaran?
C.
TUJUAN
Adapun
yang menjadi tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
a.
Kita diharapkan
dapat mengetahui hakikat seorang guru sebagai pembimbing peserta didik.
b.
Kita dapat
mengetahui usaha- usaha yang harus ditempuh oleh seorang guru untuk membimbing
keberhasilan peserta didik yang lambat belajar.
c.
Kita dapat
mengetahui langkah- langkah apa saja yang ditempuh oleh seorang guru untuk
membimbing keberhasilan peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas normal.
d.
Mengetahui gambaran
invidualisme pembelajara
BAB II
PEMBAHASAN
A.
HAKIKAT SEORANG GURU SEBAGAI PEMBIMBING PESERTA DIDIK
Kompetensi yang diperoleh seorang calon guru yang
telah menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Calon guru tersebut ditempa
dengan ilmu pengetahuan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Selama empat tahun,
calon guru tersebut berusaha memahami dan menjiwai bekal yang diberikan
dosennya. Ketika pendidikan guru akan selesai, calon guru harus menunjukkan
kompetensi mengajar di kelas dan menulis karya ilmiah berupa skripsi. Setelah
itu, barulah status sebagai guru telah disandangnya. Dari hal tersebut dapat diketahui bahwa untuk menjadi
seorang guru tidaklah mudah. Beberapa proses
harus dilalui. Ketika menyandang status sebagai guru, kualitasnya telah dijamin
oleh perguruan tinggi. Barulah dalam perjalanan selanjutnya, ketika berhadapan
dengan para siswa dengan berbagai karakter, potensi, dan kecerdasan, guru
memang harus membuka cakrawala wawasannya lebih luas. Perpaduan bekal sebagai
guru dari perguruan tinggi dan adaptasi terhadap kenyataan yang dihadapinya
dalam proses pembelajaran, harus dilakukan guru. Siswa adalah manusia yang
memunyai aspek kognitif, sosial, emosi, spiritual, dan lainnya, tidak dapat
diperlakukan sama oleh guru. Bagaimana guru bisa mengupayakan terjadi
transformasi ilmu kepada para siswanya dengan mudah. Hal itu berarti guru
dituntut untuk aktif dan dinamis, dengan menambah kualitas kompetensinya.
Beberapa cara dapat ditempuh, misalnya dengan menambah referensi membaca dan
mengajar, melanjutkan pendidikan strata selanjutnya ke perguruan tinggi,
memunyai kelompok guru mata pelajaran untuk selalu bertukar informasi dan
pengetahuan, dan masih banyak yang lain.
Keberhasilan
siswa dalam kehidupannya juga sebenarnya tidak lepas dari peran seorang guru.
Pengamat pendidikan mengatakan bahwa keberhasilan pendidikan dapat dilihat
dalam kurun waktu sepuluh tahun yang akan datang. Sekarang cobalah lihat
bagaimana karakter masyarakat Indonesia saat ini. Moral dan pandangan hidup
masyarakat Indonesia tidak lebih baik. Banyak terjadi korupsi, kolusi, dan
nepotisme dalam berbagai aspek kehidupan. Kalau menggunakan pandangan ahli
tentang keberhasilan pendidikan, bisa kita lihat , bagaimana pendidikan sepuluh
tahun yang lalu dari berbagai jenjang pendidikan di Indonesia. Guru sebagai
pelaku pendidikan di sekolah, melakukan tugasnya berdasarkan pedoman kurikulum
yang ditetapkan pemerintah. Jadi, dalam hal ini pemerintah memang memunyai
peran dalam pendidikan. Guru sebagai pelaku tunggal pengajar di kelas, memang
pemegang tanggung jawab tunggal terhadap keberhasilannya membimbing anak-anak
didik. Bila anak-anak tidak berhasil, gurulah yang bersalah. Kesalahan guru
dapat meliputi ketika mengajar di kelas tidak ada persiapan (guru tidak membuat
perangkat mengajar), tidak menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan,
tidak tepat dalam menggunakan metode dan strategi pembelajaran di kelas,
membuat soal-soal evaluasi yang tidak sesuai atau tidak berdasar kisi-kisi
soal, tidak menggunakan media pembelajaran yang sesuai, dan sebagainya.
Kesalahan guru tersebut bila berlangsung rutin (setiap mengajar di kelas),
dapat dibayangkan dampaknya pada anak-anak didik. Kompetensi siswa tidak akan
terbentuk dengan baik sehingga akan memengaruhi dalam kehidupannya seumur
hidup. Kalau berkaitan dengan kegagalan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia,
siswa akan tidak terampil menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Ketika
siswa tersebut nantinya berprofesi sebagai psikiater, ia akan bermasalah saat
menyimak keluhan pasien. Lain lagi saat profesinya sebagai pengacara, ia akan
bermasalah dalam hal berkomunikasi lisan. Saat berprofesi sebagai dosen, siswa
tersebut akan mengalami masalah ketika harus membaca buku dan menulis karya
ilmiah. Dengan demikian dapat disimpulkan, guru ikut menentukan keberhasilan
siswa.
Keberhasilan pembelajaran di kelas, tidak lepas dari pemahaman guru terhadap
karakter anak-anak didik. Guru secara ikhlas dapat memberikan motivasi kepada
anak-anak didik yang membutuhkannya, yang terkadang tidak diperolehnya dari
orang tua maupun lingkungan keluarganya. Pahamilah kecerdasan mereka! Pahamilah
kecenderungan otak kanan dan otak kirinya! Pahamilah juga jenis modalitas
belajar mereka, apakah visual, audio, atau kinestetik? Dari ketiga hal
tersebut, guru dengan cerdas dapat menentukan strategi dan metode
pembelajaran yang sesuai dengan jenis kecerdasan, kecenderungan otak kanan dan
kirinya, serta modalitas belajar para siswa. Guru yang baik akan melakukan
hal-hal yang terbaik untuk anak-anak didiknya. Janganlah menjunjung
subjektivitas diri terhadap karakter dan kemampuan siswa. Ukurlah siswa
berdasarkan takarannya.
Keberhasilan
pembelajaran adalah keberhasilan peserta didik dalam membentuk kompetensi dan
mencapai tujuan, serta keberhasilan guru dalam membimbing peserta didik dalam
pembelajaran.
B.
MEMBIMBING PESERTA DIDIK YANG LAMBAT BELAJAR
Slow learning (lambat belajar), merupakan salah satu bentuk kesulitan
belajar. Peserta didik yang lamban belajar akan mengalami kesulitan dalam
mengikuti pembelajaran, menganalisa apa yang dipelajari, dan mengalami
kesulitan dalam memahami is pembelajaran serta sulit membentuk kompetensi, dan
mencapai pembelajaran yang diharapkan. Kelambanan perkembangan ini disebabkan
oleh tingkat kecerdasan atau IQ di bawah rata-rata umum atau di bawah normal.
Siswa yang slow leaner juga sering mengalami kelambanan dalam pertumbuhan
jasmaninya.
Tingkat IQ
seorang anak
130 keatas Pandai sekali (genius)
110 – 129 Pandai
90 – 109 Rata-rata
atau normal
70 – 89
Kurang pandai
50 – 69
Lemah ingatan
30 – 49
Debiel
Kurang dari
30 Imbeciel –ideot
Anak-anak yang
digolongkan lambat belajar (slow leaner) adalah mereka yang memiliki IQ antara
70 sampai dengan 90, yakni yang termasuk klasifikasi kurang pandai.
Ciri-ciri peserta didik lambat
belajar :
a.
Lamban
Peserta didik kelompok lambat belajar lamban dalam menerima dan
mengolah pembelajaran, lamban dalam bekerja, lamban dalam memahami isi bacaan,
serta lamban dalam menganalisis, dan memecahkan masalah.
b.
Kurang mampu
Peserta didik yang lamban kurang
mampu berkonsentrasi , berkomunikasi dengan orang lain, mengemukakan pendapat,
serta kurang kreatif, dan mudah lupa.
c.
Tidak berprestasi
Peserta didik lambat belajar
prestasi akademisnya rendah dan hasil kerjanya tidak memuaskan.
d.
Motoriknya lamban
Peserta didik lambat belajar pada
umumnya lamban dalam belajar berjalan,
terlambat dalam belajar berbicara serta gerakan- gerakan ototnya kendor dan
tidak lincah.
e.
Perilaku negatif.
Peserta didik kelompok lambat
belajar sering melakukan perilaku kurang baik, kebiasaan jelek dan tidak
produktif.
Ø
Memahami latar belakang peserta
didik lambat belajar
Untuk memberikan bantuan dan bimbingan secara tepat, dan berhasil kepada
peserta didik yang lambat belajar, perlu dipahami berbagai hal yang
melatarbelakangi,dengan usaha antara lain :
a.
Studi dokumentasi, mempelajari
catatan-catatan pribadi, melalui :
-
Buku catatan pribadi
-
Dokumen perkembangan pribadi
-
Catatan kesehatan
b.
Mengumpulkan data baru sebagai
pelengkap.
Dalam rangka
memahami dan mengenal latar belakang peserta didik, sebagai upaya melengkapi
informasi yang sudah ada, perlu ditempuh cara lain di samping mempelajari data
pribadi peserta didik. Cara lain ini dapat dilakukan melalui kegiatan sebagai
berikut :
a.
Home visit (kunjungan rumah)
Guru melakukan kunjungan ke rumah
orang tua peserta didik untuk memahami situasi dan kondisi keluarga serta
lingkungannya.
b.
Tes psikologi, untuk memahami
kemampuan fisiknya
c.
Wawancara dengan orang tua dan
temannya
d.
Observasi terhadap kegiatan
peserta didik pada waktuu bermain atau bekerja melakukan tugas kelompok untuk
memahami hubungan sosial dengan teman- temannya.
Dari berbagai
usaha yang dilakukan di atas akan diperoleh data yang dapat menggambarkan latar
belakang peserta didik. Perlu disadari bahwa tidak semua data yang diperoleh
relevan dengan masalah, sehingga perlu dilakukan seleksi data. Seleksi data ini
perlu dilakukan untuk memilah dan memilih data yang berkaitan dengan masalah
yang dihadapi dan dipecahkan, dengan data yang kurang atau tidak menunjang atau
tidak berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
Adapun usaha- usaha yang dilakukan untuk membimbing peserta didik yang
lambat belajar adalah;
a.
Pemberian informasi tentang cara-
cara belajar yang efektif, baik cara belajar di sekolah maupun di rumah
b.
Bantuan penempatan (placement),
yakni penempatan peserta didik dalam kelompok-kelompok kegiatan sesuai seperti
kelompok belajar, kelompok diskusi, dan kelompok kerja. Bantuan penempatan ini
dapat pula berfungsi sebagai perbaikan terhadap masalah dan kesulitan yang
dialami peserta didik.
c.
Mengadakan pertemuan dengan orang
tua untuk melakukan konsultasi, mendiskusikan kesulitan-kesulitan peserta didik
serta mencari cara-cara pemecahannya, terutama berkaitan dengan cara memberikan
dorongan agar peserta didik giat belajar, dan cara-cara melayani atau
memperlakukan peserta didik di rumah.
d.
Memberikan pembelajaran remidi
(remidial teaching), yaitu mengadakan pembelajaran kembali secara khusus bagi
peserta didik yang lamban untuk mengajarkan ketinggalan dari kawan-kawannya.
e.
Memberikan pembelajaran yang
konkrit dan aktual
f.
Memberian layanan konseling bagi
peserta didik yang menghadapai kesulitan-kesulitan emosional, serta hambatan
lain sesuai latar belakang masing-masing.
g.
Memberikan perhatian khusus
kepada peserta didik yang lamban, dan berusaha membangkitkan motivasi dan
kreativitas belajarnya misalnya dengan melalui hadiah dan pujian.
C. MEMBIMBING PESERTA DIDIK YANG
CERDAS DI ATAS NORMAL
Peserta didik yang tergolong cerdas adalah mereka yang memiliki IQ di
atas normal. Sistem pendidikan di Indonesia telah menyentuh anak-anak yang luar
biasa melalui sekolah-sekolah luar biasa atau sekolah khusus. Namun demikian,
sampai saat ini perhatian untuk menyelenggarakan pendidikan khusus kepada anak
luar biasa masih terbatas pada anak luar biasa di bawah normal.
Peserta didik yang memiliki kecerdasan di atas
normal terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
a.
Kelompok pandai sekali, dengan 1Q 130 ke atas
b.
Kelompok pandai dengan IQ 110- 130
Dua kelompok ini dapat dikatakan luar biasa di atas normal dengan sifat-
sifat sebagai berikut:
a.
Belajar
berjalan dan bicara lebih awal dan cepat menguasai kosa kata dalam jumlah yang
banyak.
b.
Pertumbuhan
jasmani lebih baik, otot-otot kuat, motoriknya gesit (lincah), dan
energik.
c.
Haus
akan ilmu pengetahuan, dan menyukai serta sering mengikuti berbagai perubahan
dan perkembangan ilmu pengetahuan.
d.
Mampu
secara tepat menarik suatu generalisasi, dapat mengenal hubungan antara fakta
yang satu dengan fakta yang lain.
e.
Cepat
dalam menerima, mengolah, memahami dan menguasai pembelajaran, prestasinya baik
sekali dalam seluruh bidang studi.
f.
Memiliki
rasa ingin tahu (natural curiousity) yang tinggi.
g.
Cepat
dan tepat dalam bertindak
h.
Kurang
sabar mengikuti hal- hal rutin dan monoton
i.
Cenderung
tidak memiliki gangguan nervus (mudah bingung)
j.
Daya
imajinasinya tinggi dan mampu berfikir abstrak
k.
Cepat
dalam bekerja dan menyelesaikan tugas sehingga banyak memiliki waktu luang.
Beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru dalam membimbing peserta
didik yang cerdas di atas normal, yaitu:
a.
Perlu diupayakan untuk
mengembangkan seluruh potensi peserta didik agar memperoleh perkembangan yang
optimal, sehingga dapat dicapai kebahagiaan.
b.
Bimbingan yang diberikan harus
sesuai dengan ciri-ciri khusus serta kebutuhan peserta didik yang cepat belajar.
c.
Setiap sekolah harus diatur
sedemikian rupa, sehingga tercipta suasana yang aman dan nyaman, dan
memungkinkan peserta didik cepat belajar mengembangkan seluruh aspek
pribadinya.
d.
Memberikan bimbingan jangan
semata-mata menekankan pada perkembangan aspek intelektualnya saja, tetapi
perlu dikembangkan aspek lain seperti sikap, nilai, mental, moral,
emosional, sosial, spiritual dan tanggung jawab.
e.
Perlu dikurangi kegagalan dan
pemborosan sejauh mungkin dengan jalan mendayagunakan seluruh bakat dan
kecerdasan serta krestivitas peserta didik.
Masalah- masalah yang sering dihadapi peserta didik cepat belajar atau
cerdas di atas normal pada umumnya bersumber dari kondisi- kondisi sebagai
berikut:
a.
Kurang atau tidak adanya
pengertian dari pihak pendidik (guru, orang tua, kepala sekolah, konselor),
mereka tidak mengerti bagaimana memperlakukan peserta didik yang cerdas.
b.
Kurang adanya perhatian dari
pihak pendidik. Perhatian pendidik umunya ditujukan kepada peserta didik yang
normal, dan peserta didik yang lambat belajar.
c.
Anggapan yang keliru dari
pendidik bahwa peserta didik yang cerdas akan mampu atau bisa memelihara,
menjaga, dan mengembangkan dirinya sendiri tanpa bombingan orang lain.
d.
Kurang tanggap guru terhadap
perilaku peserta didik yang cerdas, bahkan sering dianggap mengganggu
pembelajaran, atua mencemoohkan guru. Misalnya mengajukan pertanyaan yang di
luar kemempuan guru untuk menjawabnya.
Peserta didik yang tergolong cerdas di atas
normal tidak berbeda dengan teman lain, dalam arti sebenarnya mereka juga memerlukan
perhatian, perhargaan dan kasih sayang, karena hal tersebut merupakan sebagian
dari kebutuhan pokok (basic needs). Namun demikian, dalam kenyataan apa yang
dilakukan oleh pendidik baik orang tua maupun guru kurang sekali perhatian
kepada mereka. Hal ini disebabkan oleh ketidakmengertian guru dan orang tua
tentang cara memperlakukan anak serta adanya anggapan yang keliru seperti
disebutkan di atas. Jika peserta didik cerdas tidak diperhatiakn oleh
pendidik, maka akan timbul beberapa reaksi sebagai berikut:
a.
Melarikan diri, pendiam, bersifat introvert, reaksi
negatif (withdraw)
- Mencari perhatian (making
attention). Dalam usaha untuk mencari perhatian dari pendidik setelah
selesai mengerjakan tugas, maka adakalanya ditempuh dengan
berteriak-teriak di kelas, membuat gaduh, menggoda teman, meledek guru,
suka mondar-mandir .
- Berpura-pura bodoh. Hal ini
dilakukan untuk menghindari disuruh mengajar teman-temannya.
Adapun usaha- usaha yang dilakukan untuk membimbing peserta didik yang
memiliki kecerdasan di atas normal, yaitu:
a.
Usaha percepatan (akselerasi),
memberikan pembelajaran dengan sistem modul, memberikan kesempatan kepada siswa
cepat belajar menyelesaikan modul sebanyak-banyaknya, tanpa menunggu kawan yang
lain. Atau memberikan naik kelas meloncat.
b.
Menyediakan sekolah khusus yang
menampung anak-anak cerdas atau berkualitas tinggi, sehingga mereka akan
mendapatkan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuannya.
c.
Jika terpaksa terpaksa anak harus
terintegrasi dengan anak-anak normal, maka kepadanya perlu diberi kesempatan
untuk memperdalam, dan memperkaya pengetahuannya.
d.
Menyalurkan kemampuan peserta
didik dalam kegiatan-kegiatan ilmiah,mengikut sertakan dalam lomba karya ilmiah
dengan demikian kelebihan energi yang dimiliki oleh peserta didik yang cerdas
di atas normal dapat disalurkan dan akan bermanfaat.
e.
Melibatkan dan memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengikuti aktivitas-aktivitas organisasi
dan sosial.
f.
Untuk mengurangi rasa superior
(harga diri berlebih), sebaiknya guru dalam memberikan tugas dilakukan secara
proporsional.
g.
Pada saat tertentu guru hendaknya
memberikan reinforcement pada peserta didik yang cerdas, hai ini dilakukan
untuk meningkatkan semangat atau motivasi untuk lebih berprestasi lagi.
D.
INDIVIDUALISME PEMBELAJARAN
Untuk menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, kreatif
dan menyenangkan, hendaknya pembelajaran tidak terbatas pada pembelajaran yang
klasikal saja atau pembelajaran massal, apalagi terbatas pada empat dinding
kelas, tetapi perlu diupayakan pembelajaran yang mengarah kepada pengajaran
individual. Sehubungan dengan itu, guru perlu melakukan upaya-upaya untuk
melakukan individualisasi pembelajaran. Individualisasi pembelajaran
dimaksudkan sebagai bentuk pembelajaran yang dapat melayani perbedaan peserta
didik dan sesuai dengan kemampuan, tempo belajar, minat, dan nafsu belajar
masing-masing.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Seorang guru harus mempunyai kesiapan saat
berhadapan dengan peserta didik. Karena peserta didik yang berada di depan kita
ternyata memiliki berbagai macam perbedaan antara satu dengan yang lainnya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan bagi seorang
guru adalah dari tingkat IQ anak yang berbeda-beda, dari yang tertinggi sampai
terendah. Hal ini sangat mempengaruhi keberhasilan seorang guru dalam
membimbing peserta didik saat proses pembelajaran berlangsung.
Selain hal itu guru juga diharapkan mampu
membimbing peserta didik agar berhasil dalam pencapaian belajarnya, dengan
menggunakan berbagai macam cara yang telah disiapkan seorang guru, serta dengan
melihat situasi yang ada di sekolah, sehingga mampu menggunakan sebuah metode
yang cocok untuk kondisi yang ada di dalam kelas.
Yang lebih diutamakan dari seorang guru adalah
sebuah kesabaran yang tinggi, dalam melaksanakan tugas mulianya, dan diharapkan
bertanggung jawab terhadap ilmu yang telah disampaikan kepada peserta didik,
serta dapat melaksanakan amanat dengan sebaik-baiknya.
0 komentar:
Posting Komentar